Rabu, 05 Agustus 2015

Sahabat Sejati Itu Bernama BNI



22 OKTOBER 2007. Jarum jam belum sempurna menuju angka 1. Cuaca tak begitu panas, sedikit berawan.

Kendaraan lalu lalang di Jalan HR Bunyamin, Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah. Jalan sepanjang 2,5 km ini, membentang dari utara ke selatan menjadi satu di antara jalan utama di Kota Satria. Menjadi urat nadi perekonomian sekaligus kehidupan bagi masyarakat Purwokerto, utamanya para mahasiswa. Sebab di jalan inilah, universitas terbesar di Purwokerto, Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) berdiri gagah.

Di satu sisi, di jalan yang tak pernah tidur ini, seorang remaja berdiri. Usianya masih 18 tahun kala itu. Dia tak sendiri. Ada beberapa orang, berdiri dan duduk, seakan menunggu antrean.

Begitu jarum jam menunjuk angka 1, begitu plakat dibalik, dari close menjadi open, dia dan beberapa orang tadi masuk ke sebuah bangunan berlantai dua. Di hadapannya, berdiri seorang petugas keamanan yang dengan ramah bertanya soal keperluan.

"Mau buka rekening, Pak," jawabnya. Petugas keamanan dengan sigap memberikan lembaran kertas antrean. "Nanti ke bagian customer service ya, nunggu dipanggil nomor antreannya."

Singkat cerita, berbekal Kartu Tanda Penduduk (KTP), Kartu Tanda Mahasiswa (KTM), serta uang tunai senilai Rp 200 ribu, remaja tersebut resmi menjadi nasabah BNI 46 Cabang Pembantu (Capem) Unsoed atau yang biasa disebut dengan BNI Unsoed. Hingga kini.

Hampir delapan tahun, remaja yang kini beranjak usia 26 tahun tersebut tetap setia bersama BNI. Jika dulu, saat duduk di bangku kuliah, ia memanfaatkan BNI Taplus Mahasiswa (BNI Tapma), sekarang sudah 'meningkat', menjadi nasabah BNI Taplus.

Dan remaja itu adalah penulis. Sejak menyandang status mahasiswa Unsoed hingga sekarang menjadi karyawan, penulis tetap menjadi secuil bagian dari BNI. Setia berada di barisan nasabah bank yang didirikan begawan ekonomi, Margono Djojohadikusumo.

Memilih BNI sebagai tempat menabung dan bertransaksi keuangan lainnya bukanlah tanpa alasan. Pertama, banyak dari teman penulis yang menjadi nasabah BNI. Semua kompak bilang, pelayanan yang diberikan bank berkode saham BBNI ini memuaskan dan cepat. Kedua, jarak kantor cabang pembantu BNI dengan kampus relatif lebih dekat. Hal ini tentu memudahkan penulis saat hendak bertransaksi. Kala itu, transaksi keuangan yang kerap dilakukan adalah menabung dan tarik tunai.

Ketiga, tarif potongan administrasi yang dikenakan BNI cukup terjangkau. Penarikan, cek saldo via ATM, free. Menabung pun free. Hanya potongan biaya administrasi per bulan dengan nominal yang sangat mahasiswa dan manusiawi. Juga berbagai kelebihan lain yang diberikan BNI.

Menemukan ATM BNI Semudah Menemukan Minimarket
Selama hampir delapan tahun menjadi nasabah, telah banyak kisah dan pengalaman yang pernah penulis lalui. Terutama haru-biru kehidupan masa kuliah, penulis lalui bersama BNI. Mulai dari pembayaran SPP, wisuda, hingga penerimaan beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA). Semua itu selalu dengan BNI.

Bahkan dengan BNI, penulis mahfum dengan transaksi keuangan, di luar menabung dan tarik tunai. Masih segar di ingatan, bagaimana delapan tahun lalu, penulis sama sekali tak tahu cara menarik uang via ATM BNI. Tangan gemetar, gagap, dan menerka-nerka apa yang harus dilakukan. Sedikit memalukan, memang.

Juga saat penulis harus bolak-balik memeriksa saldo tabungan gegara terdengar kabar beasiswa telah masuk ke rekening masing-masing. Peristiwa ini terjadi tahun 2010. Kabar tersebut masih simpang-siur. Ada beberapa rekan yang bilang sudah masuk, tak sedikit yang menggeleng.

Untuk lebih memastikan, berangkatlah penulis ke ATM terdekat. Kala itu, sama sekali tidak terbersit untuk menggunakan layanan SMS Banking. Alhasil, dalam sehari, lebih dari lima kali mengecek saldo tabungan. Bayangkan, bila BNI tega membebankan tarif administrasi saat setiap kali cek saldo, berapa 'kerugian' yang harus penulis tanggung.

Termasuk saat uang di tangan nyaris habis, BNI memberikan 'penyelamatan'. Penulis masih bisa menarik uang meski sisa saldo tabungan tak lebih dari Rp 60 ribu. Sebab, hingga kini, hanya BNI-lah yang menyediakan ATM dengan pecahan uang Rp 20 ribu.

Berbicara mengenai ATM, menemukan ATM berplang BNI semudah menemukan minimarket yang 'bertebaran' di kanan-kiri jalan. Artinya, nyaris sepanjang jalan di Purwokerto dapat dengan mudah ditemukan ATM BNI.

Di Jalan HR Bunyamin, Purwokerto misalkan, ada sekitar lima ATM BNI GALLERY berdiri. Terbesar dan terlengkap berada di depan Kantor Capem Unsoed serta samping RM Mie Kelinci III. Selain menyediakan mesin ATM tarik tunai dengan nominal mulai Rp 20 ribu hingga Rp 100 ribu, BNI juga melengkapinya ATM jenis setor tunai (Cash Deposit Machine) serta ATM yang diperuntukkan untuk transaksi non-tunai.

Catatan saja, saat ini KCU BNI Purwokerto telah memiliki 102 ATM yang tersebar hingga ke pelosok Banyumas. Jumlah ini meningkat pesat dibanding tahun 2012 yang hanya 50-an ATM. Tahun ini, KCU BNI Purwokerto akan menambah 15 mesin ATM yang akan disebar ke beberapa wilayah.

Dalam wawancara yang pernah penulis lakukan, Pimpinan Cabang BNI Kantor Purwokerto, Mohammad Prasetio bilang, bukan tanpa alasan kenapa bank pelat merah ini jor-joran untuk urusan penyediaan mesin ATM. Pertama, angka transaksi di ATM BNI sangat luar biasa yaitu mencapai 6 ribu transaksi per bulan. Padahal untuk mencapai titik BEP, hanya perlu 4 ribu transaksi per bulan. Bahkan, untuk ATM nominal Rp 20 ribu di kompleks Unsoed, maka transaksinya bisa mencapai 25 ribu per bulan.

Artinya, untuk mengatasi lonjakan transaksi ini, BNI Kantor Purwokerto membutuhkan lebih banyak lagi ATM. Apalagi ke depan, ATM akan menjadi tumpuan pertumbuhan bisnis perbankan, di samping menggenjot layanan Electronic Data Capture (EDC).

Maka dengan banyaknya ATM BNI sudah pasti memudahkan sekaligus memanjakan para nasabahnya. Termasuk penulis yang nyaris tiap minggu menyambangi ATM walau sekadar untuk membayar tagihan PLN, membeli pulsa, setor atau pun tarik tunai.

Rasanya, amat pantas menyematkan frasa 'sahabat sejati' pada BNI. Bagaimana pun BNI telah bersama penulis, menemani baik suka dan duka, memberikan pelayanan maksimal yang hingga kini tak pernah dikeluhkan sebab BNI memberikan lebih. Jayalah BNI di tahun ke 69-nya dan teruslah melayani negeri, kebanggaan bangsa. Salam. (*)





1 komentar: