Selasa, 31 Maret 2015

Jelajah Curug di Desa Karangsalam, Baturraden

SUASANA perjalanan menuju Curug Moprok di Desa Karangsalam, Baturraden, Banyumas, Minggu (8/2). Satu-satunya akses menuju curug berketinggian sekitar 60 meter ini adalah melintasi sungai.



MENDAKI gunung, lewati lembah. Sungai mengalir indah ke samudera. Bersama teman, bertualang. Ost Ninja Hattori.
DESA Karangsalam, Kecamatan Baturraden boleh merasa bangga. Wilayah yang berjarak sekitar 15 km arah utara Kota Purwokerto ini mendapatkan ‘hadiah’ dari alam yang boleh saya sebut denganhidden paradise alias surga tersembunyi.
Desa Karangsalam memiliki empat wisata curug alias air terjun yang memiliki keistimewaan tersendiri, yakni Curug Moprok, Telu, Lawang, dan Tebela. Dan, petualangan seperti yang tertuang dalam lirik lagu film kartun lawas Ninja Hattori, membawa saya dan ketiga kawan bertandang ke Curug Moprok, Minggu (8/2).
Tak ada papan petunjuk untuk menuju curug-curug di sini. Hanya ada denah besar di depan pintu masuk desa. Namun, kita bisa bertanya pada penduduk sekitar yang meladang, maka dengan senang hati mereka akan menjelaskan super detil. Seperti beberapa warga yang kami temui, kemarin. Rupanya, warga di sini mulai akrab dengan para wisatawan yang hendak bertualang.
Badhe teng curug, nggih? Mpun ngertos dalane?” tanya seorang warga yang kebetulan melintas.
Sampun, bu. Matur nuwun,” jawab kami serempak.
Inilah satu hal yang paling saya senangi saat plesir yakni bertemu dengan warga lokal, bertegur sapa, lantas mendapat banyak kisah dari mereka. Sesuatu yang tidak akan pernah didapat jika hanya menghabiskan waktu di depan gadget.
Perjalanan ke Curug Moprok sesuai dugaan kami sebelumnya. Melewati galengan milik warga, blusukanmenuju jalur setapak yang ditumbuhi rerumputan liar, dan jalan satu per satu melintasi turunan licin. Namun inilah sensasinya. Sensasi berjalan di tepi hutan itu sungguh luar biasa. Jika beruntung, Anda bisa melihat monyet yang kebetulan melintas di sekitar hutan tersebut. Seperti kawan saya, Yeti dan Sonny. Sayang, saya tidak.
Selepas dari jalur setapak tersebut, kami bertemu dengan sungai penuh bebatuan yang menjadi aliran Curug Moprok. Inilah satu-satunya jalan alias akses untuk menuju curug tersebut. Jadi, untuk Anda yang gemar mengeluh, jangan ke sini deh.
Beberapa kali, kaki terperosok gegara salah menginjak batu yang licin. Malah Sonny sempat terjatuh ke sungai. Byurrr… Basah, sudah pasti. Itu risikonya.
Setelah berjalan kurang lebih 100 meter, lebih tepatnya sambil diselingi mlipir ke sungai yang memiliki kedalaman sekitar 50 cm, akhirnya dari balik batu besar, kami melihat air terjun itu.
Wah… keren banget… Ayo, ayo, sebentar lagi sampai,” teriak saya. Sebenarnya ini reaksi pertama saya saking nggumun-nya melihat keindahan tersebut.
Ketiga kawan yang sebenarnya sudah capek, langsung mendekat. Dan mereka pun meneriakkan hal yang sama. Melihat potongan Curug Moprok dari kejauhan, cukup membuat semangat kembali dan bergegas meneruskan perjalanan. Ahh, rasanya sudah sangat tidak sabar untuk lekas bermain di sekitar lokasi air terjun.
Akses menuju Curug Moprok. Satu-satunya jalan ya harus melalui aliran sungai ini.

Dan… akhirnya kami sampai! Hore… Pemandangan air terjun yang begitu indah terhampar di depan mata kami. Ya, hanya kami berempat. Sungguh, lukisan alam ini menyihir kami. Dari ketinggian sekitar 60 meter, jutaan butiran air berkumpul, turun terus-menerus, menghujam ke bumi, lantas membentuk sebuah telaga tenang yang aduhaiii, sangat sayang untuk dilewatkan. Lantas air di telaga ini mengalir, menuju sungai yang kami lewati tadi.
Dinginnya air berpadu dengan segarnya udara dan hijaunya alam membuat kami tersihir. Kami terhanyut dalam pesona alam. Membiarkan kaki terendam, bermain air, dan tentu saja mengambil foto. Ya, inilahhidden paradise, surga tersembunyi yang diberikan Tuhan untuk Banyumas. Tanah seribu 1.000 curug.
Sungguh. Mata kami dimanjakan oleh secuil karya Tuhan yang benar-benar masih alami. Suara bedebumair begitu menenangkan pikiran. Membuat kami tak henti mengucap syukur. Pertama atas keindahan air terjun ini. Kedua, kami masih bisa menikmati ciptaan indah-Nya.
Ada satu jam kami menikmati Curug Moprok. Sudah cukup puas untuk kami. Saatnya kembali, untuk melanjutkan petualangan. Senang rasanya bisa menikmati alam yang masih hijau.
“Terima kasih alam, terima kasih Tuhan, terima kasih sudah memberikan kisah berharga, semoga tetap terjaga seperti ini,” kata seorang kawan, Ros yang kami amini bersama-sama.
Sekadar pesan bagi Anda yang ingin menjelajah, jangan pernah meninggalkan sampah atau apapun yang bisa mengotori tanah ini. Bawa kembali sampah Anda, masukkan dalam kantung plastik atau tas, dan buang pada tempatnya. Air terjun dan sungai ini bukan tempat pembuangan sampah. Juga, jangan pernah sekalipun mencorat-coret bebatuan, apapun alasannya. Take nothing but pictures, leave nothing but footprints. Salam. (sri juliati)

Note:
Tulisan ini sudah pernah dimuat di Harian Pagi SatelitPost, Selasa (10/2/2015).