Minggu, 03 Juli 2016

Dibuang Sayang

Gunung Semeru dari Desa Ranu Pani, Kecamatan Senduro, Lumajang.

BANYAK kisah, cerita yang belum sempat dituliskan di Catatan Pendakian Menuju Atap Jawa bagian 1 sampai 5. Bukan apa-apa. Ini soal keterbatasan tempat dan keleluasaan menggunakan pilihan kata. 

Padahal, cerita-cerita di bawah ini sama serunya, sama menariknya seperti tulisan sebelumnya. Sebab ada buanyak buanget hal tak terduga selama perjalanan tersebut. 

Gaya penulisan kali ini juga berbeda dengan tulisan sebelumnya. Kali ini lebih santai, banyak menggunakan kosakata verbal, walau tetap acuh pada pedoman EYD. Mari disimak...

1. Gedubrukan
Itu satu kata yang pas menggambarkan semua kejadian jelang keberangkatan, Rabu (4/5). Ada banyak alasan. Pertama, saya belum packing. Kedua, masih ada agenda refund tiket KA dan beliin tiket KA buat Ariyadi, teman dari SMA yang juga ikut pendakian kali ini. Of course, setelah merayu dia habis-habisan. 

Ketiga, masih ada beberapa kebutuhan yang harus dibeli. Keempat, belum beli tiket bus untuk ke Yogya. Dan semua sudah harus selesai sebelum pukul 13.00 WIB. 

Puncaknya, Mbak Mei M, anggota lain yang datang dari Brebes, ngasih tahu Reni kalau dia baru sampai Cilongok, Banyumas saat jarum jam menuju angka 12.50 WIB. Padahal jarak antara Cilongok-Terminal Purwokerto sekitar 30 menit, dengan catatan nggak macet dan bus yang membawa Mbak Mei bisa nyalip kendaraan lain. 

Sempat mecucu? Iya, karena dari awal Mbak Mei dikasih tahu untuk berangkat gasik supaya ada selisih waktu, biar nggak kedandapan alias kemrungsung

Sampai di Terminal Bulupitu, Purwokerto sudah ada Dedek Elvis dan Mas Anas dan kompak bilang, bus yang akan membawa kami ternyata udah berangkat. Wootttt? Barusan, kata mereka. Kami terlambat. 

Mencoba menjelaskan keadaan, akhirnya kami akan diikutkan pada jam keberangkatan berikutnya alias jam 2. Jeda sebentar, Mbak Mei datang. Alhamdulillah. Sementara Mas Supri, nunggu di Banyumas. 

Yang ditunggu akhirnya datang juga. Mbak Mei, kiri nomor dua. 

Di bus saya berhitung. Bus berangkat jam 2. Perjalanan Purwokerto-Yogya butuh waktu sekitar 5-6 jam, dengan catatan nggak macet. Artinya sekitar jam 7-8, kami baru sampai. Syukur kalau jam 7 udah sampe. Soalnya dari pool bus di Gamping, masih butuh waktu sekitar 30 sampai ke Stasiun Tugu. Once again, nggak macet. Sementara tiket KA jam 20.45 WIB. Kalau sampainya jam 8? Memikirkan itu, kepala saya pusing. Mending tidur. 

Bus sempat berhenti di Kutowinangun, Kebumen, sekitar pukul 16.50. Nyaris jam 5 dan saya berpandangan sama Mas Supri. Sementara masih harus melintasi Purworejo, masuk ke Kulon Progo dan Sleman. Nyampe nggak ya? Sementara di luar jendela, hujan deras mengguyur.

Bus Efisiensi yang kami gunakan sore itu.
Sekitar jam 7, bus sudah masuk di Yogya. Jalanan lumayan sepi, bus bisa melaju cepat, dan sesekali menyalip. Saya berseru, "Alhamdulillah," sambil tetep harap-harap cemas. Dan, pukul 19.35 WIB, bus sampai di pool di kawasan Gamping, Yk. Bagi mereka yang lanjut ke kota dan bandara, diperkenankan menggunakan layanan shuttle

Apesnya kami, shuttle tersebut belum terparkir dan kami harus menunggu. Sementara di grup chat BBM, sesama anggota saling bertanya, "Tim Purwokerto, sudah sampai mana?" "Yogya macet lho?" "Nyandak nggak sampai stasiun?" dan pertanyaan lain yang bikin saya tambah keder. Ditambah dari pihak bus bilang, "Shuttle-nya kayaknya masih ketahan di kota Mbak, macet." 

Rasane, malam itu pengin mbengok: Uaaasss........ eeemmmm.

Berusaha untuk nggak panik, saya optimistis shuttle bakal datang tepat waktu dan nyusun rencana sama Mas Supri. Kalau sampai jam 8, shuttle nggak dateng, kami ngojek atau sewa kendaraan lain. Pukul 19.45 WIB. Sejam lagi kereta yang akan membawa kami, segera berangkat. 

Di tengah deal-dealan harga dengan semacam rental mobil, shuttle dengan dominasi warna orange masuk garasi. Begitu berhenti, kami langsung berebut tempat duduk, taruh tas, dan duduk sambil bilang ke pak sopir, "Pak, keretanya kami jam tengah 9, jadi langsung berangkat nggih." Dan ternyata, pak sopirnya malah ngobrol di depan pintu, sedangkan kami deg-degan parah. 

Puji syukur harus kami sampaikan pada Tuhan kala itu. Jalanan nggak macet, booo... Jadi kami sampai di Stasiun Tugu jam 20.15 WIB. Alhamdulillah

Dan, surprise!!! Pak Nur Faizin, teman kerja Mas Supri, yang awalnya mau ikut naik tapi gagal karena ada acara keluarga, duduk di tepi tangga pintu masuk selatan Stasiun Tugu, menyambut kami, sambil membawakan dua bungkus yang saya lirik itu adalah Teh Kotak. Salaman, ngobrol bentar, lantas pamitan. Rizkinya nggak cuma sampai situ: dikasih uang saku. Alhamdulillah, panjang umur dan sehat selalu nggih, Pak... 

Udah gedubrukan-nya nyampe situ aja? Ini puncaknya. 

Jadi begini, sementara teman-teman yang lain masuk, nyari gerbong dan tempat duduk, saya dan Mas Supri playon ke pintu timur St Tugu untuk jemput Ariel dan Irkhas K yang nunggu di sana. Tiketnya Ariel ada pada saya. 

Tanpa melihat, saya berikan selembar tiket pada Mas Supri yang nerobos pintu check in untuk menjemput Ariel. Saya bergegas ke ATM, mbobol tabungan sambil berharap Mas Supri tahu keberadaan saya. 

Keluar dari ATM, balik ke pintu check in ternyata Ariel masih tertahan karena tiket yang saya berikan salah. Wott!! Lekas cek tas, ternyata saya salah ambil tiket. Itu tiketnya Mas Anas yang nanti saya gunakan untuk nyari tempat duduk. Sementara tiket lainnya, saya berikan pada Reni. 

Setelah Ariel berhasil masuk, kami jalan cepat menuju kereta dan cari gerbong masing-masing. Saya di gerbong dua, Ariel gerbong 3. Setelah masuk kereta dan bertemu teman-teman lain yang sedang menata tas, saya nggak menjumpai Mas Supri. Lah ini orang kemana? Keretanya bentar lagi berangkattttt...

KA Malioboro Ekspress
Langsung cek HP dan waktu yang bersamaan ada panggilan masuk: Mas Supri. "Mbak, dimana? Aku butuh tiketku tadi ditanyain petugas?" katanya sambil tengak-tengok dari luar gerbong, terlihat mencari sesuatu.  

"Udah di dalem mas, di gerbong dua," jawab saya. Klik. Telepon terputus dan tak lama Mas Supri muncul. "Owalahhhh... tak cariin dari gerbong paling belakang, sampai tanya ke petugas mana gerbong ekonomi, ternyata udah pada di sini," katanya.

Kami berpandangan dan kompak tertawa ngakak. Mengingat serangkaian rusuh-rusuh di Terminal Bulupitu, di pool Gamping, dan terakhir di St Tugu. Harus pakai mecucu dulu, ngebut naik motor, playon, deg-degan di jalan, jalan cepat, salah kasih tiket, dan diakhiri dengan saling mencari. 

Pukul 20.45 WIB, KA Malang Ekspres jurusan Yogyakarta-Malang, berangkat. Ke timur. Sekali lagi. (*)

2 komentar:

  1. Selamat Siang Mbak Juli,

    Saya sedang blogwalking dan menemukan blog anda.
    Saya Soraya dari http://serumah.com.
    Saat ini trend berbagi ruangan/roomsharing sangat gencar. Kami berinisiatif untuk membuat situs pencari teman sekamar/roommate agar orang-orang yang ingin menyewa rumah dapat berbagi tempat tinggal dan mengurangi biaya pengeluaran untuk tempat tinggal. Berawal dari ide tersebut, website serumah.com diluncurkan pada awal tahun 2016.

    Saat ini saya membutuhkan bantuan anda untuk menuliskan artikel review mengenai serumah.com di situs blog anda. Kami sangat menghargai jika Anda bersedia untuk memberikan review terhadap website kami dan menerbitkannya di blog anda.

    Mohon hubungi saya jika ada pertanyaan lebih lanjut. Saya ucapkan terima kasih atas waktu dan kesempatannya.

    Soraya F.
    Cataga Ltd.
    soraya.serumah@gmail.com
    http://serumah.com/

    BalasHapus