Kami di Stasiun Lempuyangan, Yk. Selain pake aplikasi B612, wajah terlihat segar setelah cuci muka. :p |
Rabu, 23 Desember 2015
THE days! Hari yang ditunggu pun datang. Rabu ini adalah hari terakhir kami masuk kerja sebelum libur Natal. Kami, utamanya saya, dengan kecepatan penuh, ngerjain tulisan untuk terbit di hari Sabtu (26/12/2015) dan Minggu (27/12/2015). Alhasil, hari Rabu yang merupakan hari liburnya tim redaksi, siang pukul 11.00 WIB, saya sudah stand by di kantor sampai pukul 17.00 WIB. Itu adalah batas maksimal yang tertulis dalam itenary keberangkatan ke Bwi.
Di rumah sudah ada Nur yang tengah packing dan Kak Ros yang baru kelar mandi. Tanpa babibu, saya langsung ambil handuk dan cus mandi. Nggak lama, Reni pun datang. Kami berbagi perlengkapan yang harus dibawa, berkemas, dan memastikan tidak ada yang tertinggal.
Kala jarum jam menuju angka 18.15 WIB, usai salat Magrib pula, kami bergegas. Memanggul keril (uhui). Memanaskan motor dan ngenggg, menuju Terminal Bulupitu, Purwokerto. Titik mula perjalanan menuju ujung timur Pulau Jawa.
Terminal Purwokerto di siang hari dengan backdrop Menara Eiffel. |
Dengan sedikit berlari-lari kecil, takut ketinggalan bus, kami segera menuju pool Efisiensi yang ada di paling ujung lajur bus AKAP. Beruntung, tiket bus Efisiensi jurusan Purwokerto-Yogya seharga Rp 70 ribu (momen libur jadi tarif naik) sudah di tangan. Kami pun tak perlu pusing, saat tersiar kabar, tiket sudah ludes terjual.
Dan, tepat pukul 19.00 WIB, bus yang identik dengan warna orange ini, meninggalkan terminal. Menuju Kota Pelajar, sebagai kota transit sebelum menuju ujung timur Pulau Jawa.
Bus Efisiensi di siang hari. Sumber foto: Bismania.com |
"Persiapan yang mau turun di Gamping, persiapan, persiapan," seru mbak kondektur yang sayup-sayup terdengar di antara rasa kantuk.
Demi mendengar kata Gamping, pool Efisiensi di Yogyakarta, yang jadi satu titik pemberhentian penumpang, saya mengucek mata. Membuka mata dan menajamkan telinga. Iya benar, sudah sampai Gamping. Saya lekas bangunkan Kak Ros. Juga Nung dan Reni, tanpa kesulitan.
"Jam piro, Ju?" tanya Kak Ros sambil menguap.
"Jam setengah siji Mbak," jawab saya juga sambil menahan kantuk.
Kami di dalam Bus Efisiensi. Ciee, Kak Ros cieeee, ^^ |
"Iya, nggak apa-apa Mba. Istirahat saja di musala lantai atas. Nanti pintunya saya gembok saja, biar aman, jam 3 saya udah di sini kok," kata si bapak.
Kami pun menyanggupi dan sebagai antisipasi saya tetap minta nomor telepon si bapak. Ya kali aja beliau lupa harus membuka ruko saat shuttle jam pertama datang.
***
Kamis, 24 Desember 2015
Kaki-kaki yang siap melangkah, berjalan lebih jauh, sekali lagi. |
JARUM jam hendak menuju angka 2. Dasar kami, yang awalnya ngantuk berat di bus, malah masih haha-hihi di sebuah ruangan ruko yang disulap jadi musala lengkap dengan karpet sajadah.
"Lumayan lah buat tidur bentar," kata Kak Ros sambil merebahkan badan.
"Iya, jadi nggak ada yang perlu jaga, bisa tidur," balas saya yang tidur di sebelahnya.
"Eh, terus gimana Kak Ros? Si Pxxxx udah nge-LINE belum, tanya apa dia, Kak?" tanya Nung memberondong. Hahaha dan akhirnya malah pada curhat, nggak jadi tidur. Apalagi kalau bukan bahas (saya sih menyebutnya) gebetan Kak Ros. Eh.
Namun baru sekian percakapan, rasa kantuk kembali menyerang. Apalagi Kak Ros udah ngoprak-ngoprak buat tidur. Padahal sih biar dia nggak makin curhat si Aa ajah. Hahaha.
Baru sebentar kami tidur, suara pintu dibuka terdengar. Karena pintu besi jadi suaranya kenceng. Ternyata sudah lebih dari jam 3. Kami bergegas bangun. Berkemas, terus turun dan bertemu bapaknya. Basa-basi bentar, bilang makasih banyak, sambil nunggu fasilitas shuttle Efisiensi jam pertama, yaitu pukul 04.00 WIB.
"Turun mana nanti, Mbak?" tanya pria paruh yang jadi sopir shuttle.
"Rencananya mau ke Stasiun Lempuyangan, Pak. Saged dianter sampe mriku nopo mboten, Pak?" saya balik tanya.
"Wah, nek Lempuyangan ora lewat Mbak. Opo ngene wae, tak terke neng nambahi Rp 10 ewu."
"Lah, mboten Rp 5 ewu to, Pak?" tawar saya.
"Ora iso je, Mbak... Rp 10 ribu wae yo." Saya pun menengok ke arah teman-teman dan dibalas dengan anggukan, nggak apa-apa.
Kami di dalam Shuttle Efisiensi. Maaf, ini muka baru bangun tidur. |
Saya yang paling nggak bisa nggak ngajak ngobrol orang, membuka percakapan dengan seorang karyawati muda, yang duduk di sebelah. "Turun mana, Mbak?"
"Malioboro Mbak," jawabnya. "Mbaknya?"
"Lempuyangan."
"Mau traveling ya, Mbak? Ke mana?"
"Main aja sih Mbak, hehehe. Ke Banyuwangi."
"Wah, keren, keren... Saya itu udah kepengin banget traveling Mbak, tapi susah waktunya sama nggak ada temen," katanya dengan raut sedih.
"Iya sih Mbak, susahnya kalau mau pergi rame-rame itu waktu liburnya suka nggak bareng. Ya disempetin aja main kemana." (Pura-pura nasihatin, padahal sendirinya susah banget kalau disuruh libur. Hahaha)
Setelah itu, percakapan ala kadarnya seperti kerja di mana, bagian apa, sudah berapa lama, dan lainnya sampai yang bersangkutan turun di Malioboro lantas melanjutkan perjalanan menuju rumah dengan Trans Yogya.
Sekitar pukul 05.45 WIB, kami sampai di Stasiun Lempuyangan, Yogya. Ramai. Kalau dilihat dari barang bawaan, banyakan anak muda yang mau backpacker dan naik gunung. Sementara Nung mampir ke ATM, saya, Reni, dan Kak Ros dengan pedenya poto-poto. Mumpung, nggak ada yang kenal sama wajah-wajah kami, hehehe.
Mumpung nggak ada yg kenal sama kamu ya, Jul. Foto oleh Reni |
"Kayaknya yang chicken-chicken (maksudnya ayam tepung) gitu belum buka. Biasanya di sini," kata Kak Ros sambil nunjuk satu lapak yang masih tutup. "Gimana, mau yang lain aja?"
"Nggak apa-apa sih Mbak, yang penting sarapan," jawab saya.
Akhirnya, setelah menggeletakkan keril yang kemudian dijaga Nung, kami menuju ke lapak nasi rames yang sudah buka. "Monggo Mbak, mau sarapan pake apa? Ada gudeg, sayuran, ayam, telur," kata ibu penjual seraya berpromosi.
Mata saya berbinar saat menemukan sayur oseng pepaya. Favorit saya nih. Sementara teman-teman lain memilih lauk ayam tepung, saya setia dengan telur dadar.
Yeay, pasukan bela perasaan siap berangkat. Grak!!! |
Nah saat balik ke tempat duduk, kami sempat melewati rombongan mas-mas ber-keril. Melihat gaya yang masih bersih dan rapi, sepertinya mau backpacker juga. Kami malah berpikiran, jangan-jangan tujuannya sama, ke Bwi. Sebab dari beberapa kereta yang sempat berhenti di Lempuyangan, mereka tidak kunjung naik.
Asa pun tercipta. Alhamdulillah, kalau ada teman yang tujuannya sama. Lumayan jadi teman ngobrol atau jalan bareng. Tapi apalah daya kami yang nggak berani kenalan sama mereka. Sebaliknya, mereka juga nggak ngajak kenalan kami. Padahal udah lihat-lihatan dari awal ya, Mas. Hahaha.
Sambil nunggu kereta jalan, ya gini foto dulu sama keretanya. Foto oleh Nung |
Empat belas jam, 32 stasiun. Itu adalah waktu dan jumlah stasiun yang harus kami tempuh sebelum menginjakkan kaki di Bwi. Lantas, apa sih yang bisa kami lakukan untuk 'membunuh' waktu selama itu di kereta? Foto-foto, jahil sama yang lagi tidur, haha-hihi, makan kuaci, main tebak-tebakan, sampai kepoin LINE punya Kak Ros, haha.
Honestly, kami paling nggak bisa anteng. Sebosan apapun, selalu aja ada hal yang bisa dilakuin dan bikin ketawa. Apalagi saat keretanya berhenti lama di sebuah stasiun kecil di Jawa Timur. Yang kami bahas adalah petugas keretanya yang sedappp dipandang. Termasuk saat melihat ratusan kupu-kupu kuning melintas di balik jendela pas masuk di Ngawi hingga Madiun. Bahkan mereka pun ikut menyambut kedatangan kami. Makasih...
Stasiun Gubeng, Surabaya. Sempetin turun, jalan-jalan sekitar sini. Biar nggak bosen. |
Kereta pun kembali berjalan dan air Tuhan mulai turun. Sempat was-was jangan-jangan Banyuwangi juga hujan. Ah, semoga nggak. Di sisa perjalanan itu, kami gunakan untuk tidur, pijetan, masih haha-hihi, dan ngecek stasiun satu per satu saat jam sudah menuju angka 8. Takut kelewat karena stasiun yang kami tuju bukan stasiun akhir.
Makan malam dengan rames depan St Gubeng yang disimpan. :D |
Ada banyak rasa, nggak percaya, takjub, dan syukur jadi satu. Kami, iya sudah sampai di Banyuwangi?! Ini bukan mimpi kan? Cubit kami, plisss. Hihi.
Bukan kami kalau nggak heboh dan langsung selfie. Sampai diawasin satpam stasiun. Daripada nunggu penumpang yang keluar satu per satu, mending kami putu-putu kan, Pak? Hehehe.
Pasukan Bela Perasaan sampai di St Karangasem, Alhamdulillah |
Akhirnya kami kembali lagi ke stasiun. Ternyata, penginapan yang semalamnya Rp 20 ribu per orang itu ada di depan stasiun persis. Iya, Rp 20 ribu!!! Weladalahhh...
Sebenarnya sebelum sampai di Karangasem, saya sempat telepon pemilik penginapan, Bu Dewi tentang lokasi penginapannya. "Depan stasiun kok Mbak, dari pintu keluar ambil kanan," katanya.
Tapi begitu kami keluar stasiun, kalau kami ambil ke kanan, itu semacam jalan buntu. Ada sih satu minimarket, terus markas Banyuwangi Adventura yang awalnya kami mau sewa motor di situ tapi nggak jadi, terus rumah singgah. Makanya, karena nggak yakin, kami ambil jalan ke kiri yang ternyata jalan sepi. Nah ternyata yang jadi penginapan ya minimarket itu, yang ada tulisan Minimarket Subur. Ampun dehhh...
Stasiun Karangasem, Banyuwangi. Penginapannya ada di depannya. Persis. Cuma perlu 'ngesot' kan? Sumber foto: Panoramio.com |
"Ini yang namanya Mbak Juli yang mana?" tanyanya saat kami sampai di hadapan.
Saya dengan malu-malu *uhuk* maju. Lantas berbincang sebentar, berbasa-basi membahas ramai tidaknya penginapan, bagaimana cuaca selama sepekan terakhir, termasuk kabarnya. Ya, setiap kenalan atau ketemu dengan orang lain, maka selain nama, kabar adalah pertanyaan kedua yang saya sampaikan. Bu Dewi yang masih muda, kisaran 35an itu pun menyambung dengan pertanyaan rencana kami selama di Banyuwangi.
"Kalau masih punya tenaga, mending malem ini aja ke Ijen, rame kok. Terus kalau ke Baluran, lebih baik di atas jam satu karena hewan-hewan di sana keluar jam segitu," sarannya.
"Wah, mboten Bu. Ini masih capek, istirahat dulu aja," kata saya.
Bu Dewi pun lantas mengantar kami lantai dua yang jadi lokasi penginapan sambil masih terus bercakap, kamar yang akan kami tempati sudah dipersiapkan sedari siang dan tinggal satu-satunya. Lainnya full booked. Mau tahu kenapa? Karena tarifnya murah pakek bingittt, Rp 20 ribu per orang.
Di kamar penginapan, di pagi hari, packing. Luas kan? Serius, saya rekomendasikan penginapan ini buat yg kantongnya cekak. |
Kalau sudah seperti ini, nikmat Tuhan mana lagi yang akan kami dustakan. Bertemu dengan orang baik dan perhatian. Semoga selalu diberkahi Bu Dewi dan sekeluarga...
Pun kamar mandinya. Meski cuma satu dan dipakai antre dengan tamu lain tapi bersih. Bak mandi berganti ember, kloset duduk, plus shower. Tidur di sini itu udah kayak di rumah sendiri. Enak dan nyamannn banget.
Kelelahan setelah menempuh perjalanan 20 jam, enam jam di bus dan 14 jam di kereta dengan tidur ala kadarnya, tertebas sudah. Alhamdulillah... Terima kasih, Tuhan... (bersambung)
Note: Lagi-lagi soal lagu. Perjalanan ke timur ini saya lebih sering mendengarkan lagu Sia-Cheap Thrills dan Tigapagi yang album Roekmana's Repertoire, band Indie asal Bandung yang menyihir telinga saya sampai sekarang.
CP: Penginapan sekaligus Minimarket Subur 085236155003
Sri Juliati dan Sri Tanjung. :p Foto oleh Nung |
Beginilah kelakuan kami di kereta. Malu? Nggak. :D |
Reni dan Nung tertidur pulas. Capek??? Hahaha. |
Maap, jangan tiru adegan ini, plis. Hanya utk orang2 jahil dan kurang kerjaan. Hehehe. Maap ya Ren... :* Ide: Nung, Tulisan: Juli, Foto: Kak Ros |
Dua perompak eh perampok hati. Uhuk. :D |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar