Minggu, 21 Februari 2016

Menuju Ujung Timur Pulau Jawa Bagian 2

Kami di Stasiun Lempuyangan, Yk. Selain pake aplikasi B612, wajah
terlihat segar setelah cuci muka. :p

Rabu, 23 Desember 2015

THE days! Hari yang ditunggu pun datang. Rabu ini adalah hari terakhir kami masuk kerja sebelum libur Natal. Kami, utamanya saya, dengan kecepatan penuh, ngerjain tulisan untuk terbit di hari Sabtu (26/12/2015) dan Minggu (27/12/2015). Alhasil, hari Rabu yang merupakan hari liburnya tim redaksi, siang pukul 11.00 WIB, saya sudah stand by di kantor sampai pukul 17.00 WIB. Itu adalah batas maksimal yang tertulis dalam itenary keberangkatan ke Bwi. 

Di rumah sudah ada Nur yang tengah packing dan Kak Ros yang baru kelar mandi. Tanpa babibu, saya langsung ambil handuk dan cus mandi. Nggak lama, Reni pun datang. Kami berbagi perlengkapan yang harus dibawa, berkemas, dan memastikan tidak ada yang tertinggal. 

Kala jarum jam menuju angka 18.15 WIB, usai salat Magrib pula, kami bergegas. Memanggul keril (uhui). Memanaskan motor dan ngenggg, menuju Terminal Bulupitu, Purwokerto. Titik mula perjalanan menuju ujung timur Pulau Jawa. 

Terminal Purwokerto di siang hari dengan backdrop Menara Eiffel. 
Butuh 15 menit untuk sampai ke terminal. Jarak yang sebenarnya dekat, entah kenapa malam itu terasa cukup jauh. Begitu sampai di terminal, kami langsung menuju tempat penitipan sepeda motor. Untuk dua motor, dari hari Rabu malam sampai Minggu malam, kami hanya perlu membayar Rp 32 ribu. Murah? Banget. Dibandingkan sama penitipan di Stasiun Purwokerto yang muahall buanget

Dengan sedikit berlari-lari kecil, takut ketinggalan bus, kami segera menuju pool Efisiensi yang ada di paling ujung lajur bus AKAP. Beruntung, tiket bus Efisiensi jurusan Purwokerto-Yogya seharga Rp 70 ribu (momen libur jadi tarif naik) sudah di tangan. Kami pun tak perlu pusing, saat tersiar kabar, tiket sudah ludes terjual.

Dan, tepat pukul 19.00 WIB, bus yang identik dengan warna orange ini, meninggalkan terminal. Menuju Kota Pelajar, sebagai kota transit sebelum menuju ujung timur Pulau Jawa.

Bus Efisiensi di siang hari. Sumber foto: Bismania.com
Selama perjalanan, lebih banyak tawa dan candaan. Saling kepo, saling ledek, dan saling curhat. Walau akhirnya, satu demi satu, termasuk saya harus 'menyerah' karena kantuk menyerang. Apalagi kondisi jalur selatan Jawa Tengah saat itu padat merayap. Bahkan bus harus melewati Kota Kebumen demi menghindari kemacetan di Jalur Lingkar Selatan Kebumen. 

"Persiapan yang mau turun di Gamping, persiapan, persiapan," seru mbak kondektur yang sayup-sayup terdengar di antara rasa kantuk. 

Demi mendengar kata Gamping, pool Efisiensi di Yogyakarta, yang jadi satu titik pemberhentian penumpang, saya mengucek mata. Membuka mata dan menajamkan telinga. Iya benar, sudah sampai Gamping. Saya lekas bangunkan Kak Ros. Juga Nung dan Reni, tanpa kesulitan. 

"Jam piro, Ju?" tanya Kak Ros sambil menguap. 

"Jam setengah siji Mbak," jawab saya juga sambil menahan kantuk. 

Kami di dalam Bus Efisiensi. Ciee, Kak Ros cieeee, ^^
Tak lama, 'nyawa' pun berkumpul, menyentakkan sisi kesadaran, kami sudah sampai di Yogya dan butuh tempat untuk beristirahat. Beruntung, Efisiensi punya satu ruko yang jadi tempat menunggu shuttle dilengkapi dengan musala. Saya pun meminta izin pada bapak penjaga untuk singgah di musala.

"Iya, nggak apa-apa Mba. Istirahat saja di musala lantai atas. Nanti pintunya saya gembok saja, biar aman, jam 3 saya udah di sini kok," kata si bapak. 

Kami pun menyanggupi dan sebagai antisipasi saya tetap minta nomor telepon si bapak. Ya kali aja beliau lupa harus membuka ruko saat shuttle jam pertama datang. 


***

Kamis, 24 Desember 2015

Kaki-kaki yang siap melangkah, berjalan lebih jauh, sekali lagi.

JARUM jam hendak menuju angka 2. Dasar kami, yang awalnya ngantuk berat di bus, malah masih haha-hihi di sebuah ruangan ruko yang disulap jadi musala lengkap dengan karpet sajadah.

"Lumayan lah buat tidur bentar," kata Kak Ros sambil merebahkan badan.

"Iya, jadi nggak ada yang perlu jaga, bisa tidur," balas saya yang tidur di sebelahnya. 

"Eh, terus gimana Kak Ros? Si Pxxxx udah nge-LINE belum, tanya apa dia, Kak?" tanya Nung memberondong. Hahaha dan akhirnya malah pada curhat, nggak jadi tidur. Apalagi kalau bukan bahas (saya sih menyebutnya) gebetan Kak Ros. Eh.

Namun baru sekian percakapan, rasa kantuk kembali menyerang. Apalagi Kak Ros udah ngoprak-ngoprak buat tidur. Padahal sih biar dia nggak makin curhat si Aa ajah. Hahaha.

Baru sebentar kami tidur, suara pintu dibuka terdengar. Karena pintu besi jadi suaranya kenceng. Ternyata sudah lebih dari jam 3. Kami bergegas bangun. Berkemas, terus turun dan bertemu bapaknya. Basa-basi bentar, bilang makasih banyak, sambil nunggu fasilitas shuttle Efisiensi jam pertama, yaitu pukul 04.00 WIB. 

"Turun mana nanti, Mbak?" tanya pria paruh yang jadi sopir shuttle

"Rencananya mau ke Stasiun Lempuyangan, Pak. Saged dianter sampe mriku nopo mboten, Pak?" saya balik tanya. 

"Wah, nek Lempuyangan ora lewat Mbak. Opo ngene wae, tak terke neng nambahi Rp 10 ewu."

"Lah, mboten Rp 5 ewu to, Pak?" tawar saya. 

"Ora iso je, Mbak... Rp 10 ribu wae yo." Saya pun menengok ke arah teman-teman dan dibalas dengan anggukan, nggak apa-apa. 
Kami di dalam Shuttle Efisiensi. Maaf, ini muka baru bangun tidur.

Hampir satu jam kami nunggu penumpang lain di dalam shuttle. Sempat turun lagi untuk salat Subuh. Pukul 05.00 WIB, Efisiensi jurusan Cilacap-Yogyakarta merapat. Telat satu jam karena macet. Begitu penumpang lain masuk, shuttle lekas meluncur, membelah jalanan pagi di Kota Pelajar.

Saya yang paling nggak bisa nggak ngajak ngobrol orang, membuka percakapan dengan seorang karyawati muda, yang duduk di sebelah. "Turun mana, Mbak?"

"Malioboro Mbak," jawabnya. "Mbaknya?"

"Lempuyangan."

"Mau traveling ya, Mbak? Ke mana?"

"Main aja sih Mbak, hehehe. Ke Banyuwangi."

"Wah, keren, keren... Saya itu udah kepengin banget traveling Mbak, tapi susah waktunya sama nggak ada temen," katanya dengan raut sedih. 

"Iya sih Mbak, susahnya kalau mau pergi rame-rame itu waktu liburnya suka nggak bareng. Ya disempetin aja main kemana." (Pura-pura nasihatin, padahal sendirinya susah banget kalau disuruh libur. Hahaha)

Setelah itu, percakapan ala kadarnya seperti kerja di mana, bagian apa, sudah berapa lama, dan lainnya sampai yang bersangkutan turun di Malioboro lantas melanjutkan perjalanan menuju rumah dengan Trans Yogya.

Sekitar pukul 05.45 WIB, kami sampai di Stasiun Lempuyangan, Yogya. Ramai. Kalau dilihat dari barang bawaan, banyakan anak muda yang mau backpacker dan naik gunung. Sementara Nung mampir ke ATM, saya, Reni, dan Kak Ros dengan pedenya poto-poto. Mumpung, nggak ada yang kenal sama wajah-wajah kami, hehehe

Mumpung nggak ada yg kenal sama kamu ya, Jul.
Foto oleh Reni
Barulah, kami check in, menyerahkan tiket dan KTP, masuk ke selasar ruang tunggu. Karena masih ada beberapa hal yang harus dilakukan dan agar tidak terlalu lama, kami bagi tugas. Saya dan Reni beli air dan roti, sedangkan Kak Ros dan Nung beli sarapan. Ngumpul lagi, ternyata Kak Ros dan Nung belum dapat sarapan. 

"Kayaknya yang chicken-chicken (maksudnya ayam tepung) gitu belum buka. Biasanya di sini," kata Kak Ros sambil nunjuk satu lapak yang masih tutup. "Gimana, mau yang lain aja?" 

"Nggak apa-apa sih Mbak, yang penting sarapan," jawab saya. 

Akhirnya, setelah menggeletakkan keril yang kemudian dijaga Nung, kami menuju ke lapak nasi rames yang sudah buka. "Monggo Mbak, mau sarapan pake apa? Ada gudeg, sayuran, ayam, telur," kata ibu penjual seraya berpromosi. 

Mata saya berbinar saat menemukan sayur oseng pepaya. Favorit saya nih. Sementara teman-teman lain memilih lauk ayam tepung, saya setia dengan telur dadar. 

Yeay, pasukan bela perasaan siap berangkat. Grak!!!
Sarapan sudah didapat, maka membersihkan wajah dan badan sisa tidur semalam jadi agenda selanjutnya. Numpang di toilet stasiun, kami cukup mencuci wajah, sikat gigi, pulaskan BB cream/pelembap, dan pakai parfum. Tadaaaa, tak ada lagi bekas kucel setelah menempuh perjalanan eeeenam jam. Hehehe

Nah saat balik ke tempat duduk, kami sempat melewati rombongan mas-mas ber-keril. Melihat gaya yang masih bersih dan rapi, sepertinya mau backpacker juga. Kami malah berpikiran, jangan-jangan tujuannya sama, ke Bwi. Sebab dari beberapa kereta yang sempat berhenti di Lempuyangan, mereka tidak kunjung naik. 

Asa pun tercipta. Alhamdulillah, kalau ada teman yang tujuannya sama. Lumayan jadi teman ngobrol atau jalan bareng. Tapi apalah daya kami yang nggak berani kenalan sama mereka. Sebaliknya, mereka juga nggak ngajak kenalan kami. Padahal udah lihat-lihatan dari awal ya, Mas. Hahaha

Sambil nunggu kereta jalan, ya gini foto dulu
sama keretanya. Foto oleh Nung
Pukul 07.15 WIB, KA Sri Tanjung, kereta kelas ekonomi bergerbong enam yang membawa kami menuju ujung timur Pulau Jawa, Bwi, bersiap berangkat. Bismillah, semoga dimudahkan dan dilancarkan. Lah ndilalah-nya, rombongan mas-mas itu juga satu gerbong dengan kami dan tetap tidak ada perkenalan hingga sampai di Bwi. Maklum, masih jaim.

Empat belas jam, 32 stasiun. Itu adalah waktu dan jumlah stasiun yang harus kami tempuh sebelum menginjakkan kaki di Bwi. Lantas, apa sih yang bisa kami lakukan untuk 'membunuh' waktu selama itu di kereta? Foto-foto, jahil sama yang lagi tidur, haha-hihi, makan kuaci, main tebak-tebakan, sampai kepoin LINE punya Kak Ros, haha

Honestly, kami paling nggak bisa anteng. Sebosan apapun, selalu aja ada hal yang bisa dilakuin dan bikin ketawa. Apalagi saat keretanya berhenti lama di sebuah stasiun kecil di Jawa Timur. Yang kami bahas adalah petugas keretanya yang sedappp dipandang. Termasuk saat melihat ratusan kupu-kupu kuning melintas di balik jendela pas masuk di Ngawi hingga Madiun. Bahkan mereka pun ikut menyambut kedatangan kami. Makasih... 

Stasiun Gubeng, Surabaya. Sempetin turun, jalan-jalan sekitar sini.
Biar nggak bosen. 
Saat berhenti di Stasiun Gubeng, Surabaya, Kak Ros dan Reni sempat turun beli makan. Kok bisa? Bisa dong, KA Sri Tanjung berhenti agak lama sekitar 15 menit untuk ganti 'kepala' sebelum melanjutkan perjalanan lagi. Kali ini, lauknya disamain, rempela-ati. MasyaAllah, walau makan dua bungkus nasi buat berempat (sebenarnya beli empat, yang dua disimpen buat makan malam) itu enakkkkkk bangettttt. Selain cara masak ati ampela yang pas, nasinya juga masih anget. Kami sepakat, nasi rames depan Stasiun Gubeng ini rames paling endessss selama perjalanan. 

Kereta pun kembali berjalan dan air Tuhan mulai turun. Sempat was-was jangan-jangan Banyuwangi juga hujan. Ah, semoga nggak. Di sisa perjalanan itu, kami gunakan untuk tidur, pijetan, masih haha-hihi, dan ngecek stasiun satu per satu saat jam sudah menuju angka 8. Takut kelewat karena stasiun yang kami tuju bukan stasiun akhir. 

Makan malam dengan rames depan St Gubeng yang disimpan. :D
Pukul 21.00 WIB, KA Sri Tanjung merapat ke Stasiun Karangasem. Alhamdulillah... Setelah 14 jam superlama di KA Sri Tanjung itu, kami sampai di daerah berjuluk The Sunrise of Java, Banyuwangi. Tepatnya di St Karangasem. Yeayyyy...

Ada banyak rasa, nggak percaya, takjub, dan syukur jadi satu. Kami, iya sudah sampai di Banyuwangi?! Ini bukan mimpi kan? Cubit kami, plisss. Hihi.

Bukan kami kalau nggak heboh dan langsung selfie. Sampai diawasin satpam stasiun. Daripada nunggu penumpang yang keluar satu per satu, mending kami putu-putu kan, Pak? Hehehe

Pasukan Bela Perasaan sampai di St Karangasem, Alhamdulillah
Setelah puas ambil gambar, kami keluar menuju penginapan yang sudah dipesan sebelumnya. Dengan langkah percaya diri, kami berjalan kaki sambil ketawa-ketiwi. Jalan sekitar 200 meter, lho kok nggak nemu penginapannya. Pikiran salah jalan sudah menghampiri dan hehe, iya benar. Kami salah jalan.

Akhirnya kami kembali lagi ke stasiun. Ternyata, penginapan yang semalamnya Rp 20 ribu per orang itu ada di depan stasiun persis. Iya, Rp 20 ribu!!! Weladalahhh...

Sebenarnya sebelum sampai di Karangasem, saya sempat telepon pemilik penginapan, Bu Dewi tentang lokasi penginapannya. "Depan stasiun kok Mbak, dari pintu keluar ambil kanan," katanya. 

Tapi begitu kami keluar stasiun, kalau kami ambil ke kanan, itu semacam jalan buntu. Ada sih satu minimarket, terus markas Banyuwangi Adventura yang awalnya kami mau sewa motor di situ tapi nggak jadi, terus rumah singgah. Makanya, karena nggak yakin, kami ambil jalan ke kiri yang ternyata jalan sepi. Nah ternyata yang jadi penginapan ya minimarket itu, yang ada tulisan Minimarket Subur. Ampun dehhh... 

Stasiun Karangasem, Banyuwangi. Penginapannya ada di depannya.
Persis. Cuma perlu 'ngesot' kan? Sumber foto: Panoramio.com
Kedatangan kami rupanya sudah dinanti oleh Pak Subur atau Abu Tholib dan istrinya, Bu Dewi. Namun, kami lebih banyak berinteraksi dengan Bu Dewi. 

"Ini yang namanya Mbak Juli yang mana?" tanyanya saat kami sampai di hadapan. 

Saya dengan malu-malu *uhuk* maju. Lantas berbincang sebentar, berbasa-basi membahas ramai tidaknya penginapan, bagaimana cuaca selama sepekan terakhir, termasuk kabarnya. Ya, setiap kenalan atau ketemu dengan orang lain, maka selain nama, kabar adalah pertanyaan kedua yang saya sampaikan. Bu Dewi yang masih muda, kisaran 35an itu pun menyambung dengan pertanyaan rencana kami selama di Banyuwangi. 

"Kalau masih punya tenaga, mending malem ini aja ke Ijen, rame kok. Terus kalau ke Baluran, lebih baik di atas jam satu karena hewan-hewan di sana keluar jam segitu," sarannya. 

"Wah, mboten Bu. Ini masih capek, istirahat dulu aja," kata saya.

Bu Dewi pun lantas mengantar kami lantai dua yang jadi lokasi penginapan sambil masih terus bercakap, kamar yang akan kami tempati sudah dipersiapkan sedari siang dan tinggal satu-satunya. Lainnya full booked. Mau tahu kenapa? Karena tarifnya murah pakek bingittt, Rp 20 ribu per orang.

Di kamar penginapan, di pagi hari, packing. Luas kan?
Serius, saya rekomendasikan penginapan ini buat yg kantongnya cekak.
Kami pun agak kaget setelah masuk kamar. Serius, ini penginapan recommended bangettt. Murah tapi nggak murahan. Kamarnya luas, dilapisi karpet hijau dengan satu kasur, satu bantal, dan kipas angin. Bersih, nyaman, dan aman pula. Kami nggak salah pilih. Bahkan Bu Dewi sempat menawarkan bila ingin dibikinkan mi rebus atau makanan lainnya bisa pesan di bawah, maksimal pukul 22.00 WIB. 

Kalau sudah seperti ini, nikmat Tuhan mana lagi yang akan kami dustakan. Bertemu dengan orang baik dan perhatian. Semoga selalu diberkahi Bu Dewi dan sekeluarga...

Pun kamar mandinya. Meski cuma satu dan dipakai antre dengan tamu lain tapi bersih. Bak mandi berganti ember, kloset duduk, plus shower. Tidur di sini itu udah kayak di rumah sendiri. Enak dan nyamannn banget. 

Kelelahan setelah menempuh perjalanan 20 jam, enam jam di bus dan 14 jam di kereta dengan tidur ala kadarnya, tertebas sudah. Alhamdulillah... Terima kasih, Tuhan... (bersambung)


Note: Lagi-lagi soal lagu. Perjalanan ke timur ini saya lebih sering mendengarkan lagu Sia-Cheap Thrills dan Tigapagi yang album Roekmana's Repertoire, band Indie asal Bandung yang menyihir telinga saya sampai sekarang. 

CP: Penginapan sekaligus Minimarket Subur 085236155003


Sri Juliati dan Sri Tanjung. :p
Foto oleh Nung


Beginilah kelakuan kami di kereta. Malu? Nggak. :D

Reni dan Nung tertidur pulas. Capek??? Hahaha.
 

Maap, jangan tiru adegan ini, plis. Hanya utk orang2 jahil dan kurang
kerjaan. Hehehe. Maap ya Ren... :*
Ide: Nung, Tulisan: Juli, Foto: Kak Ros

Dua perompak eh perampok hati. Uhuk. :D


Tidak ada komentar:

Posting Komentar