Jumat, 19 Februari 2016

Menuju Ujung Timur Pulau Jawa Bagian 1

Peta Kabupaten Banyuwangi. Tujuan liburan akhir tahun 2015.
Sumber foto: www.banyuwangikab.go.id
SEMUA ini berawal dari buku diary kecil, bersampul hijau, yang terselip di antara koleksi buku. Di satu lembarnya, di awal tahun 2015, saya menuliskan Banyuwangi sebagai wishlist destinasi wisata yang harus disambangi. Setidaknya sekali seumur hidup. 

Time flies. Hingga September, pas naik ke Gunung Prau bareng Pasukan Kece Bong, saya masih terngiang dengan wishlist ini. Sampai ditanyain mau ke mana akhir tahun sama Mas Widi pun, si ketua Pasukan Kece Bong, saya dengan mantap menjawab: Banyuwangi. -selanjutnya saya tulis dengan singkatan Bwi-

Sekitar bulan November, saya pun iseng, googling backpacker ke Bwi. Ada satu tulisan lengkap dari Mba Diah Nurrayni di blog-nya. Saya baca sampai akhir dan seketika muncul rasa takjub: "Gila, Mba-nya berdua, cewek-cewek aja bisa kok, masak saya yang punya banyak pasukan nggak bisa?!"

Dari tulisan itulah, rencana ke Bwi, saya share ke Reni Suryati, perempuan yang setahun belakangan jadi partner klayapan. Tanpa pikir panjang, dia langsung mengiyakan. Bahkan, kalau tidak ada tambahan personel, kami siap main walau cuma berdua. 

Pun saat saya tawarkan pada Nur Fatimah, si bungsu di kelompok kami. Awalnya masih pikir-pikir, tapi sejurus kemudian, langsung diiyakan. Susun-menyusun plan kasar, saya tanyakan pada Kak Rosmawati, sosok yang paling dituakan *eh.* Sama seperti Nur, sempet pikir-pikir tapi OK deh. Yang penting beli tiket dulu, jadi atau batal, itu urusan nanti. 


Rencana kasar ala saya. Hahaha.
Sempet juga ngompor-ngomporin teman lainnya. Sayangnya, ada sudah ada plan piknik sendiri, ada yang naik gunung, ada juga yang nggak boleh ambil libur atau cuti. Akhirnya, terkumpullah pasukan bela negara, eh pasukan bela perasaan yang terdiri dari saya, Reni Suryati, Nur Fatimah, dan Kak Ros. Tanggal bepergian kami sepakati, yaitu Kamis (24/12/2015) hingga Minggu (27/12/2015). 

Karena tak ingin kehabisan tiket, saya dan Reni lekas berburu ke Stasiun Purwokerto. Ketiadaan kereta jurusan Purwokerto (Pwt) ke Bwi membuat kami cari alternatif. Hingga terpilihlah KA Sri Tanjung, jurusan St Yogyakarta Lempuyangan ke St Karangasem, Banyuwangi dengan tarif Rp 100 ribu per orang. 

Pertanyaannya, kenapa bukan Stasiun Banyuwangi? Dari referensi blog yang saya baca, Stasiun Karangasem lebih dekat ke kota dibanding St Banyuwangi yang jadi tujuan akhir si kereta ekonomi ini. Sementara stasiun akhir itu cenderung lebih dekat ke Pelabuhan Ketapang. 


Pasukan Bela Perasaan. Dari ki-ka: Juli, Nung, Reni, dan Kak Ros.

Setelah membeli tiket, hingga sekitar dua minggu sebelum hari H keberangkatan, nyaris tak ada pembahasan apapun soal Bwi. Kami tenggelam dalam kesibukan masing-masing. Saya sibuk ngurusin berita, liputan karena ada teman wartawan yang cuti, Kak Ros sibuk sama audit dan laporan akhir tahun, Reni sibuk kejar target, dan Nur sibuk ngurusin administrasi.


Tulisan saya di kolom Sorot Redaksi.
Membandingkan dua Banyu, hehe.
Namun di sela-sela kesibukan, kami masih sempatkan untuk googling, cari penginapan, transportasi, termasuk tempat yang wajib dikunjungi. Setelah mendapat kontak dll, H-2 minggu, kami putuskan untuk kumpul, bahas perlengkapan, itinerary, dan lainnya. Setelah beres, kami pun menunggu datangnya hari H sambil menyelesaikan pekerjaan. Can't wait!!! (bersambung)



1 komentar:

  1. Kalo main di BWI tu jg ada sekumpulan orang ngapak mbk
    Ada yg dr Purwokerto cilacap brebes dsb
    Udh lumayan lama mreka disini sekitar 7tahunan
    Kebanyakan kerja sbgai marketing sbuah produk alat listrik yg berpusat di Purwokerto dan mempunyai cabang di BWI
    Pasukan plat R....heheh

    BalasHapus